Pematangsiantar (Indigonews) – Belasan tahun beraksitivitas tanpa tersentuh hukum, galian C di Tanjung Tongah, Kelurahan Tanjung Tongah, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar berhasil menggaruk jutaan kubik berbagai jenis batu. Mirisnya, walau sempat disambangi petugas, kegiataan diduga tanpa izin mulus beraksi dan malah dibekingi penegak hukum.
Aksi pengusaha galian C mulai terhendus, setelah masyarakat setempat mayoritas petani merasa resah akan kegiatan penambangan batu. Selain merusak jalan yang akrab dilalui ratusan truk, penguasa kerab kali menurunkan preman untuk menakut- nakuti warga setempat dan menebarkan ancaman.
“Kami disini semua bertani, bagaimana kami pergi keladang kalau jalan sudah rusak akibat aktivitas galian itu,” sesal Jali, warga setempat ditemui awak indogonews.com Rabu (26/9) siang.
Katanya, keresahan masyarakat diawali tindakan semena- mena pengusaha galian diketahui bermarga Pardede, merusak akses jalan menuju ladang mereka. Padahal, diakui Jali, masyarakat sudah memohonkan agar pengusaha memberikan batu hasil galian untuk memperbaiki jalan yang telah dirusak truk pembawa batu.
“Kami minta hanya 2 sampai 3 motor (truk), diletakkan di jalan itu dan biarkan kami yang mengerjainya. Jalan itu juga rusak karena puluhan motornya membawa truk melintasi jalan itu, ditambah musim hujan, hancur kali lah jalan itu,” beber pria kurus ini.
Puncak keberatan warga yang selama ini terkesan bungkam, disebabkan takut sama pengusaha, pada Selasa (25/9) kemaren, warga sengaja menutup jalan. Sial buat para petani ini, pengusaha malah menurunkan preman dan mengancam warga.
“Sebelumnya pernah kami tutup jalan, tapi diancam- ancam kami. Kami tidak minta banyak, yang kami minta juga untuk kelancaran jalan dia (pengusaha galian C) juga. Jangan karena kami lemah, dibuat seperti itu,” pukas Jali.
Amatan awak media insigo.news dilokasi penambangan, tampak puluhan penambang berada di pinggiran induk Sungai Bah Kapul, memukul batu padas. Disekitaran para penambang yang didominasi laki-laki ini, 3 unit truk colt diesel telah menunggu yang sebahagian di isi batu oleh tukang pikul. Tidak sampai disitu, pengusaha juga menurunkan alat berat, ekscapator, menggaruk batu koral dari bibir sungai dan dalam sungai.
“Sudah lama galian ini beroperasi bang, pernah datang katanya dari Polda (Polda Sumatera Utara), tapi tetap ajanya beroperasi. Sepengetahuan kami, tidak ada izin galian ini, kalau yang sudah diambil, lihat sendiri abang aja, jutaan kubik pastinya,” imbuh Siswo rekan Jali.
Tidak lama mengetahui kedatangan wartawan kelokasi galian C milik bermarga Pardede, segerombolan pria muncul yang salah satunya oknum aparat berseragan Tentara dengan tanda nama diseragam SM Saragih. Bersama rekannya, meminta agar aktivitas galian tidak di publikasikan.
“Kita redam aja beritanya, bagaimana baiknya ajalah kita buat,” ucap salah seorang pria mengaku pihak dari pengusaha galian C.
Informasi di himpun, setiap harinya pengusaha mengeluarkan sekitaran 50 truk batu mulai jenis Padas dan Koral dari lokasi yang berada di bibir anak Sungai Bah Kapul. Dari jutaan kubig, terinformasi tiap kubignya batu diharga Rp 600 ribu.
Sementara pihak pengusaha, di konfirmasi terkait aktivitas galian, memilih bungkam dilokasi dan meminta agar tidak diberitakan. RMalau
Discussion about this post