Oleh : Fawer Full Fander Sihite
Ketua Institution law And Justice (ILAJ)
PSiantar (Indigonews) – Mahasiswa di Kota Pematangsiantar sudah cukup lama untuk berdiam diri, membiarkan kondisi Kota Pematangsiantar beberapa tahun belakangan ini tidak memiliki arah yang jelas, dalam kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah Kota Pematangsiantar.
Seakan hanya mempertontonkan kebobrokan semata Memperlihatkan bahwa Bapak Hefriansyah, SE, MM kehilangan legitimasi sebagai Wali Kota Pematangsiantar, hal tersebut terlihat dari setiap kebijakan yang dilakukan oleh Wali Kota selalu menghasilkan konflik tertutup dan konflik terbuka bagi kalangan masyarakat. Rabu, 12 Desember 2018.
Jika kondisi kota ini selalu dibiarkan oleh Mahasiswa seperti ini, maka dapat dipastikan kota ini menuju “kota tinggal sejarah”, 10 atau 20 tahun yang akan datang, anak dan cucu kita hanya bisa mendapatkan cerita, bahwa dulu ada sebuah kota yang bernama “Kota Pematangsiantar”.
Bapak Hefriansyah menjabat sebagai Wali Kota Pematangsiantar belum ada dua tahun namun konflik-konflik yang dihasilkan akibat dari kebijakannya, sudah hampir lebih dari bilangan “bulan” ia menjabat.
Siantar sebagai “Kota Toleran” kini juga semakin terancam, dikarenakan kita tidak dapat menutup mata dengan peristiwa yang telah kita lihat bersama, bahwa masyarakat Siantar saat ini juga, sudah mulai masuk dalam rana gerakan “SARA” (Suku, Ras dan Antar Golongan) dalam setiap menyikapi persoalan yang terjadi di Kota ini.
Dengan melihat perjalanan pemerintahan yang di pimpin oleh Bapak Hefriansyah selama sekian tahun ini, sepertinya beliau memang tidak “Berniat Menjadi Wali Kota”, dikarenakan setiap ada kebijakan besar yang akan ia keluarkan, beliau selalu berupaya untu keluar kota.
Nah, apakah kita masih ingin mempertahankan Wali Kota Siantar yang seperti ini?
Lalu mengapa Wali Kota Siantar, harus jadi musuh bersama mahasiswa? Diakarenakan jika mahasiswa sudah menetapkan Walikota Siantar sebagai musuh bersama, maka kita akan sama-sama mengevaluasi Wali Kota Siantar terkait kebijakan-kebijakan yang sudah ia keluarkan selama ini. Tetapi jika mahasiswa hanya “diam” dan tidak mau tau tentang kondisi kota ini, itu tandanya sudah gawat.
Mahasiswa bersatu ketika ada “musuh bersama” oleh karena itu, saya melihat akar kegagalan kota ini tidak memiliki progres yang positif itu dikarenakan oleh Hefriansyah selaku Wali Kota Pematangsiantar tidak bekerja dengan baik, atau bahkan tidak pantas jadi Walikota.
Oleh karena itu “lelah” kita bicara tentang perubahan di Kota ini jika pada dasarnya “masalahnya” ada di pemimpinya sendiri, oleh karena itu menurut saya, yang harus mahasiswa lakukan adalah mengkonsolidasikan rekan-rekan juang untuk melakukan gerakan yang masif agar terjuwudnya Siantar yang Mantap, Maju dan Jaya.
Mari galang kekuatan mahasiswa, sudah saatnya mahasiswa Siantar begerak, agar perjuangan ini jangan diklaim oleh mereka-mereka yang mengatas namakan golongan tertentu/SARA.
Discussion about this post