Siantar (Indigonews) – Tahun 2019 merupakan tahun politik bagi Indonesia tinggal hitungan bulan untuk pesta demokrasi dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan DPD RI.
Pada situasi ini, Fawer Full Fander Sihite (FFFS) sebagai Ketua ILAJ (Institute Law And Justice) menjelaskan lebih menarik untuk membahas pemilihan Calon anggota Legislatif (Caleg) dikarenakan perbaikan tatanan pemerintahan tidak terlepas dari peranan anggota legislatif, baik di DPRD Kota/Kabupaten, DPRD Provinsi dan DPR RI.
“Dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini, saya sangat kecewa melihat kinerja para legislatif kita khususnya untuk di Siantar-Simalungun, yang seakan mandul dan tidak menjalankan fungsi sebagai anggota DPRD” jelas FFFS.
Namun kekecewaan itu juga tidak hanya kepada anggota DPRD nya turut juga kepada masyarakat, sebagai pemilih. Dikarenakan mereka duduk dikursi DPRD Siantar dan Simalungun akibat dari dukungan masyarakat.
“Banyak faktor yang memperngaruhi masyarakat memilih calon anggota DPRD di Siantar-Simalungun, ada yang dikarenakan kedekatan, ada karena uang, ada juga karena relasi keluarga, tetapi yang paling dominan masih dikarenakan uang, hanya sekian persen yang dipengaruhi oleh latar belakang si calon, atau karena kinerja/perbuatan si calon DPRD selama ini untuk masyarakat” tutur Fawer.
“Coba kita bayangkan jika sekarang, untuk menjadi anggota DPRD di Siantar-Simalungun kita harus biaya Rp.500jt-1M, bahkan ada juga yang habis hingga Rp. 2 M, sedangkan gaji yang akan mereka peroleh hanya Rp.30jt/Bulan, sehingga kita tidak dapat berharap banyak untuk para anggota DPRD kita, karena begitu duduk mereka sudah memikirkan bagaimana modal mereka itu akan kembali. Uang sebegitu banyaknya yang akan ditabur untuk memperolah suara masyarakat” tegas Fander.
Tambah FFFS, Dengan pola demokrasi yang masih seperti ini, semakin kuat menghambat orang-orang yang kritis dan berkompeten untuk masuk ke lembaga DPRD dikarenakan mereka tidak memiliki uang yang cukup untuk biaya pencalonan, karena harus membeli suara.
“Dan kita tidak bisa berharap banyak dengan DPRD yang menang hanya karena menabur duit, karena sesungguhnya mereka hanya punya duit bukan punya pikiran” ujarnya.
“Oleh karena itu, jangan pilih Caleg yang membagi-bagi uang, tetapi pilihlah yang miskin tetapi kritis, dalam pengamatan saya, masih ada dari beberapa calon anggota legislatif ini, yang sudah lama diparlemen jalanan atau aktif sebagai control sosial, namun mereka sulit untuk menang dikarenakan kekurangan uang, atau dikarenakan factor idealisme mereka dalam proses pemilu, sehingga untuk melihat hal ini masyarakat harus jeli, jangan mau kembali tertitup, dan jangan sampai menyesal karena yang menang hanyalah genderuo bertubuh manusia” tutup FFFS. Red
Discussion about this post