Siantar | Indigonews – Dua tahun sudah Hefriansyah berkuasa sebagai Wali Kota Pematangsiantar, namun belum ada kelihatan perubahan yang signifikan terlihat pada Kota Siantar, namun banyak pro kontra akan kebijakanya yang terkadang tanpa perencanaan dan analisis yang meguntungkan rakyat.
Perjalanan Hefriansyah menjadi Walikota sebuah peristiwa sejarah bagi Kota Siantar, dikarenakan meninggalnya Alm. Hulman Sitorus pada saat itu sebagai Wali Kota Terpilih. Hingga akhirnya Hefriansyah saat itu sebagai Wakil Walikota, naik tahta menjadi Wali Kota. Dengan umur yang masih terhitung muda, sehingga masyarakat banyak mengharapkan perubahan atas kepemimpinannya.
Namun harapan itu berbanding terbalik, kota siantar menjadi kota nano-nano yang tidak jelas apa rasa atau warnanya. Dalam dua tahun ini kita tidak melihat apa program-program yang berdampak bagi masyarakat yang sumbernya dari ide-ide Hefriansyah.
“Bahkan yang lebih para lagi, bahwa Hefriansyah mempertontontan ketidak pahamannya akan regulasi atau komunikasi di internal pemerintahan maupun di kalangan masyarakat” tegas Fawer Full Fander Sihite selaku Ketua Institute Law And Justice (ILAJ).
Hal ini terbukti dengan banyaknya penolakan-penolakan atas kebijakan Hefriansyah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kota Pematangsiantar.
“Hingga Siantar juga dapat disebut sebagai kota demonstran, karena tidak pernah bulan berlalu tanpa demonstrasi di Kota Siantar, semenjak kepemimpinan beliau” kesal Fander.
Lanjutnya, Peristiwa ini diakibatkan Nano-Nanonya kebijakan yang dibuat oleh Hefriansyah selaku Wali Kota Pematangsiantar, sehingga kebijakan apa pun yang Nano-nano pasti akan menuai penolakan oleh masyarakat.
“Kita berharap diwaktu yang tersisa dimasa jabatannya Hefriansyah dapat memperbaiki situasi ini, agar masih punya harapan untuk maju dipilkada berikutnya” tutupnya. Red01
Discussion about this post