Cipanas – Berpendidikan tinggi, tidak mengharuskan orang tersebut bekerja pakai dasi. Hal ini dapat kita lihat dari sang petani muda, petani milenial. Dia adalah Agus Ali Nurdin alumnus IPjB yang pernah merasakan program magang ke Jepang mengikuti program dari Kementan.
Dia saat ini mampu menggerakkan ratusan petani untuk bersatu didalam satu komunitas Okiagaru yang berada di Cipanas, Cianjur. Alumnus IPB ini mampu menghasil kan omzed 450 juta hingga 500 juta per bulannya, dari hasil pertanian berupa Sayuran yang dijual ke berbagai outlet, mall dan restauran Jepang di Jakrta.
Saat ini dia dibantu oleh beberapa rekan rekannya yang juga mantan dari Ikamaja, dan juga kaula muda yang menentukan jalan hidupnya dengan bertani.
“Dalam komunitas yang kami bangun ini, kami menanamkan jiwa bertani yang profesional dan cara mengolahnya, managementnyadan membalikkan opini masyarakat yang mengatakan bahwa bertani adalah pekerjaan yang tidak menjanjikan” jelasnya.
“Saat ini kami dari komunitas Okiagaru ini sedang menuju pada Usaha yang lebih baik dengan mendirikan Koperasi mandiri tani, yang sudah mendapat izin dari Kementerian Koperasi. Hal ini harus kami lakukan agar kami mampu bersaing dan mengakomodir kepentingan semua anggota dalam komunitas kami ini” ujarnya.
“Untuk memenuhi orderan kepada komunitas kami ini, kami melihat siapa dari komunitas yang memiliki hasil panen dan terus bisa berkesinambungan, ada yang menanam, ada yang panen. Maka tidak akan berhenti setiap harinya” tambahnya.
Ungkapnya, untuk wilayah di Jakarta saja, masih banyak yang harus di penuhi, sayangnya saat ini masih kekurangan lahan untuk bertani.
“Pasar untuk hasil pertanian ini masih sangat terbuka dan berpeluang besar untuk untung asal kita paham dan bekerja dengan profrsional, seperti petani petani di Jepang sana, yang memang memiliki passion bertani” urainya.
Hal ini lah yang perlu ditanamkan pada kaula muda milenial saat ini dan memutar balikkan opini masyarakat yang salah selama ini melihat petani.
“Awal mula saya melakukan usaha ini, ketika saya dan teman teman mengajukan diri ikut dalam progran Kementan untuk magang ke Jepang. Dimana dalam peraturan nya harus bekerja dalam kelompok tani selama 2 tahun, sedangkan kami masih baru ikut. Maka kami mendirikan sebuah kelompok yang bernama Bangkit dan Membangkitkan yang mana dalam dalam bahasa Jepang disebut “Okiagaru”, agar sesuai juga dengan tujuan kita bergabung dalam magang ke Jepang” ceriteranya.
“Sepulang dari Jepang, kami berkumpul dan memulai usaha ini, dengan saudara Yuki, dengan lahan seluas 2 hektar dan menanam sayuran Jepang dan pekerjaan ini sukses. Dimana hasil produksi kami dapat masuk ke AEON, dan Restauran Jepang, oleh sebab itu kami terpacu untuk mengembangkannya lagi” ungkapnya.
“Melihat peluang inilah, maka kami mengajak petani petani muda untuk bergabung dalam komunitas Okiagaru ini, dan melatih nya serta menanamkan passion bertani, dimulai dari membuat status di KTP sebagai petani. Agar lebih profesional dan mampu merubah imej akan petani itu. Komunitas ini sudah berada di berbagai tempat di Jawa barat ini, di Majalengka dalam pengawasan saudara Popey, yang juga mantan seorang pelaut, namun menemukan passion nya dalam bertani” tambah nya.
Seiring dengan itu, pemerintah juga saat ini sedang giat giatnya dengan program petani milenial dan program program ketahanan pangan serta tujuan menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia tahun 2045.
“Hal ini membuat kami semakin semangat untuk mengembangkan usaha kami dan menanamkan jiwa bertani pada anak anak muda di wilayah kami ini. Coba bayangkan bila hasil panen petani langsung bisa masuk ke konsumen tanpa melalui cara cara tradisional dulu, maka petani akan untung, walaupun hasil panen nya tidak sukses 100 persen” katanya.
Kalaupun panen nya hanya 50 persen, namun bila bisa langsung ke konsumen maka masih untung petaninya. Sebab harga akan beda jauh bila melalui sistem yang terjadi selama ini, hal ini tidak bisa di pungkiri, bahwa memang seiring kemajuan jaman yang harus diikuti, seperti istilah sekarang kemajuan tehnologi 4.0.
“Market kan saat ini hanya diujung jari kita, jadi kita tidak susah untuk mencari pasar dari hasil pertanian kita, untuk kebutuhan pasar dalam negri aja kami harus penuhi dari teman teman komunitas dari wilayah lain, sebab tidak semua orderan itu ada pada kami di Cipanas ini” tutupnya. Dino’S





Discussion about this post