Siak – Bulan Kitab Suci Nasional atau lebih akrab disebut BKSN dimana selalu di peringati oleh Umat Katolik, selalu dihiasi dengan kegiatan yang berguna bagi Masyarakat luas. Tidak ubahnya seperti yang dilakukan oleh Katolik yang ada di Kecamatan Kandis. BKSN yang dimulai sejak 1 September hingga 29 September 2019, DPP Paroki ST Theresia Kanak-kanak Yesus Kandis menjadikan program “Mari Kita Selamatkan Bumi”.
Timbul Sitohang sebagai Ketua Kring ST Elisabeth dan juga sebagai pengurus DPP Paroki ST Theresia Kandis Kanak-kanak Yesus seksi Kerawam (Hubungan antar umat beragama dan Pemerintahan, red), pada Indigonews seusai bergotong royong dan menanam pohon mengingatkan kepada umat kristiani khususnya Katolik untuk kembali membaca kitab suci.
“Intinya supaya mengingatkan kepada kita untuk kembali bisa membaca kitab suci. Mari kita terus membiasakan membaca kitab suci, apalagi khusus untuk tahun ini temanya lebih kepada lingkungan hidup. Kita semua berharap kita hidup didalam dilingkungan yang memang harus seimbang,” ungkap Timbul Sitohang.
Dalam menyelamatkan Bumi, tentunya diperlukan tindakan atau aksi nyata. Mengingat akan hal itulah maka Paroki menganjurkan untuk menanam pohon sebagai upaya menyembuhkan Bumi. Aksi ini didasari dari Keprihatinan Paroki melihat hutan yang habis dan melihat iklim yang ekstrim serta meningkatkan suhu bumi juga cuaca yang tidak lagi bias dikonsumsi.
“Menimbang yang terjadi belakangan ini sebagaimana disebutkan diatas maka ST Elisabeth membuat suatu tindakan nyata seperti Gotong Royong untuk membersihkan lingkungan juga menanam pohon. Hal ini disadari memang belum seberapa tetapi lebih baik berbuat nyata walau sedikit daripada hanya sekedar berbicara. Semoga tindakan kecil ini dapat sedikit mengobati bumi yang sudah tidak seimbang dan rusak,” tambah Timbul Sitohang, Ahad (22/9/2019).
Timbul Sitohang yang kesehariannya juga berprofesi sebagai Karyawan disebuah Perusahaan Perkebunan ternama di Kecamatan Kandis itu mengakui bahwa orang-orang selalu berdiskusi terkait berladang dimana berladang juga adalah bagian dari kebudayaan dan kebiasaan Masyarakat Indonesia yang penuh dengan kearifan lokal namun berladang merupakan salah satu sebab timbulnya asap sebagaimana yang belakangan ini dirasakan oleh Masyarakat Provinsi Riau.
“Saya berpesan kepada generasi yang sekrang, kalaupun kedepan ada yang masih berladang itu betul-betul menurut kearifan lokal. Bukan berladang sampingan, yang ujung-ujungnya untuk nanam segala macam, akhirnya korbannya kita semua. Jadi berladang dengan kearifan lokal akan lebih baik, karena dari dulu dilakukan dan pemerintah juga masih melihat ini sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kebiasaan kita,” tutupnya. Puji Efendi





Discussion about this post