IGNews | Papua – Kehidupan manusia sudah ada ketentuan ketentuanya baik secara alami maupun modern, sehingga manusia selalu mengikuti mekanisme sesuai apa yang sudah diarahkan oleh ketentuan ketentuan.
Sebelum kemerdekaan indonesia, orang Indonesia hidup tanpa UUD 1945 dan Undang undang lainnya. Maka orang Indonesia ketika itu hidup dengan patokan secara universal kepada regulasi alami atau ketentuan lokalnya.
Sebelum integrasi kedalam lingkaran NKRI (Negara kesatuan Republik Indonesia) masyarakat asli Papua pun pernah mengalami hal yang hampir sama dengan Batavia waktu itu.
Dengan teranekasasi kedalam NKRI pada 1 mei 1963, seluruh segmen di Papua telah di desak untuk melakukan sesuai regulasi regulasi atau undang undang Negara Indonesia. Dengan adanya ketentuan ketentuan itu dan perkembangan zaman setiap manusia didesek untuk merelevankan dirinya terhadap perkembangan dunia.
Selama ini, masyarakat Papua sering disebut dengan orang terbelakang namun kelihatannya masyarakat Papua sudah menunjukan dirinya bahwa dirinya bisa, Papua tidak mau kalah dari daerah lain yang ada di Indonesia dalam berbagai sektor.
Kaum milenial Papua sebagian besar sedang menempuh studi di berbagai negara seperti; Australia, Selandia Baru, Jerman, Rusia, Malasya, Singapur, Inggris, Amerika dll, dulunya masyarakat Papua jarang tetapi sekarang sudah menonjol.
Selama lebih kurang 57 tahun Papua telah berkontribusi dengan undang undan Republik Indonesia hingga saat ini pun sedang berjalan. Beberapa bulan lalu Menteri Pendidika & kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan akan hapus UN pada tahun 2021 mendatang.
Hal ini adalah suatu program prioritas yang sudah dirilis oleh Kemndikbud RI tetapi dengan melihat kondisi kehadiran Corona Virus (Covid- 19) yang hadir di Negara Kepulauan RI pada akhir tahun 2019 lalu, Nadiem beserta atasan dan jajaranny memutuskan untuk menghapus UN pada 2020 .
Sayangnya, Penghapusan UN di umumkan sesudah lakukan UNBK bagi siswa/i SMK sepulau Papua. Hal itu di umumkan pada akhir bulan maret lalu. Sementara, SMK seprovinsi DKI dan beberapa provinsi lainnya sempat di tunda dan akhirnya tidak lakukan UN karena Kehadiran Covid- 19.
Dua hari lalu seluruh SMK dan SMA di umumkan hasil kelulusannya, oleh karena itu ada beberapa teman teman dari berbagai kota moncoret pakaian sekolahnya dengan pilox, hal ini di lakukan untuk memeriahkan situasi gembiranya.
Namun bagi beberapa orang disamping dan sekitarnya mungkin mengganggu kehidupannya karena ada banyak sekali kritik yang dijumpai di setiap kolom komentarnya.
Pemikiran yang sangat mendasari dalam suatu opini ini adalah banyak status di medsos yang memposting Angkatan 2019/2020 adalah tanpa UN, ini sebenarnya tidak harus sebut secara umum karena berbeda di Provinsi Papua bahwa siswa dan siswi SMK telah lakukan semua proses USBN, UNBK, UKK hingga dengar hasil kelulusan .
“Kami telah mengenal dan menjalani mekanisme UN secara terpadu hingga akhir dengan baik. Oleh karena itu, saya secara pribadi berharap agar jangan sebut angkatan Corona adalah angkatan yang tidak mengenal rasa manis, pahit UN di tingkat menengah kejuruan” ucap seorang siswa. Emauel’M





Discussion about this post