IGNews | Sumut – Sungguh sangat diapresiasi atas sikap dan tindakan yang dilaksanakan oleh seorang pejabat yang berpengalaman di Dirjen PUPR yakni Ober Gultom, dimana beliau memberikan perhatian khusus kepada kampung halamannya dengan sampai mengutus anaknya, Vandiko Timoteus Gultom yang merupakan pegawai Kementerian PUPR mencalonkan sebagai Bupati Samosir berpasangan dengan Drs. Martua Sitanggang MM dengan tujuan agar membangun kampung halamannya Kabupaten Samosir. Hal ini diungkapkan Roder Nababan Praktisi Hukum yang merupakan sahabat Ober Gultom kepada Indigonews, Kamis (10/12/2020).
“Jarang kita temukan demikian masyarakat yang sukses yang peduli kepada kampung halamannya, bahkan mengutus anaknya Vandiko untuk mencalonkan sebagai Bupati untuk membangunan kampung halaman yang dia cintai. Namun hasilnya kita lihat berhasil dan anaknya unggul menang sebagai calon Bupati bersama pasangannya Martua Sitanggang pada Rabu 09 Desember 2020” ungkapnya.
“Beliau (Ober Gultom.red) persis saya nilai seperti Bapak Luhut Binsar Panjaitan, dimana sangat peduli dengan kampung halamannya, dan bahkan kita dapat, bahkan Ober Gultom juga cinta kepada pinggiran Danau Toba, sehingga beliau kerap turun ke kampung halamnya pinggiran Danau Toba, khususnya Kabupaten Samosir” ucap Roder Nababan.
“Dimasa kita pernah berbincang bincang dengan pak Ober Gultom mengatakan, berapa biaya yang habis untuk pemenangan Vandiko – Martua (VANTAS) pada Pilkada Kabupaten Samosir tidak diharapkan kembali, lantaran Ober Gultom telah menganggap pengeluarannya ini merupakan upaya membayar utang kepada masyarakat Kabupaten Samosir, sehingga tujuan mencalonkan Vandiko – Martua (VANTAS) tidak terlepas hanya untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Samosir” jelasnya.
“Harta dan keberhasilan yang di dapat Ober Gultom beserta keluarga berkat doa masyarakat Kabupaten Samosir, dan inilah cara awal untuk membayar utang kepada masyarakat Kabupaten Samosir, serta mengajak masyarakat bekerja sama untuk membangun Kabupaten Samosir guna peningkatan kesejahteraan bersama” ajaknya.
Sebelumnya Vandiko Mateus Gultom mengatakan kepada beberapa Media, Pembangunan infrastruktur yang lamban di Kabupaten Samosir membuat “gerah”.
Bagaimana bisa Kabupaten yang dianugerahi kekayaan alam melimpah, memiliki Danau Toba yang kini dijadikan empat destinasi wisata superprioritas oleh Pemerintah Pusat, pembangunan infrastrukturnya tidak mengalami perbaikan dari tahun ke tahun.
“Pembangunan infrastruktur di Samosir tidak bergerak cepat. Dengan background saya saat ini yang bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, saya bisa membuat pembangunan di Samosir lebih pesat ketimbang saat ini” kata Vandiko.
Mulanya tidak pernah terpikir oleh Vandiko untuk terjun ke dunia politik, Apalagi maju di kontestasi pemilihan kepala daerah, dimana pengalaman selama tiga tahun di Kementerian PUPR sebagai bagian perencanaan dan koordinator wilayah, yang merancang dan mengawasi pembangunan infrastruktur di 38 Kabupaten, ini sadar bahwa kemajuan sebuah daerah tidak datang dari langit melainkan harus direncanakan dan dieksekusi oleh tangan tangan sendiri secara terampil.
Sejak Oktober 2019 lalu, di tengah kesibukannya di Kementerian PUPR, Vandiko mulai aktif blusukan di Samosir. Ia menemui warga dari kampung ke kampung, juga melihat kondisi jalan, sekolah, hingga irigasi di sawah sawah. Yang paling menyedihkan, kata Vandiko, warga banyak mengeluh kekeringan dan krisis air bersih padahal daerah ini punya danau terbesar di Asia.
“Sungguh ironi. Samosir yang punya danau terbesar di Indonesia, kok malah mengalami kekeringan dan mengalami krisis air bersih. Ini membuat saya tak bisa diam. Saya harus melakukan sesuatu. Tidak bisa hanya diam sementara banyak warga di kampung saya ini mengalami penderitaan, air saja krisis. Bagaimana kebutuhan yang lain?” katanya.
Vandiko juga tak melihat langkah langkah nyata yang diambil oleh pemerintah setempat. Padahal, kekeringan ini sudah terjadi hampir tiap tahun sejak empat tahun lalu. Dampaknya juga sangat parah. Beberapa desa bahkan terancam gagal panen. Jika pemerintah daerah jeli dan peduli, kekeringan dan krisis air bersih ini tidak akan terjadi. Atau, setidaknya tidak akan terjadi sampai bertahun tahun.
Kepada warga Vandiko mengatakan, kekeringan dan krisis air bersih itu bukan musibah yang tak bisa diatasi. Tidak ada yang tidak bisa. Syaratnya kepemimpinan, komitmen, dan kejelian melihat solusi.
“Saya tawarkan kepada warga. Kita buat solusi. Misalnya, bangun infrastruktur pengairan, seperti saluran irigasi dan saluran air bersih. Saya di Kementerian PUPR sudah melihat bahwa membangun infrastruktur butuh komitmen dan kejelian seorang pemimpin” kata Vandiko.
Kabupaten Samosir adalah kabupaten baru yang dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir pada 2003. Tujuan awal dari pemekaran ini adalah percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Namun, 17 tahun Kabupaten ini berdiri, percepatan pembangunan belum juga menunjukkan hasil memuaskan.
Infrastruktur jalan belum mampu mendorong mobilitas warga karena kondisinya masih banyak yang memprihatinkan. Selain jalan, infrastruktur pengairan juga belum mampu memenuhi kebutuhan pertanian. Bahkan tidak sedikit sawah yang mengalami kekeringan.
Menurut Vandiko, 17 tahun bukan waktu yang sebentar. Kini sudah saatnya Samosir berubah. Harus ada perubahan mendasar dan itu dimulai dari perubahan kepemimpinan.
“Pemimpin baru harus mampu membuat Samosir baru. Samosir yang melakukan percepatan pembangunan. Saya anak muda punya energi di situ” ujarnya.
Untuk melakukan percepatan pembangunan, Vandiko akan bersinergi dengan pemerintah pusat dan swasta. Menurutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Samosir tidak besar. Pada 2020, bujet kabupaten itu tercatat Rp. 926.032Miliar.
Dari jumlah itu, yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah adalah Rp. 71.993Miliar. Dengan kondisi APBD seperti itu, tidak mungkin semua kebutuhan pembangunan dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Untuk infrastruktur, misalnya, kata Vandiko, pemerintah daerah bisa mengajukan ke Kementerian PUPR. Syaratnya harus rasional dan jelas visinya.
“Kalau dari APBD sangat disayangkan. Karena infrastruktur kan juga program pusat, Kementerian PUPR. Sifatnya kementerian kan nggak punya daerah. Mereka menunggu peran aktif daerah untuk meminta dan atau mengajukan. Itulah yang saya tawarkan. Samosir tidak akan kekeringan dan krisis air bersih kalau pemerintahannya jeli” ujar Vandiko.
Sinergi itu juga bisa dilakukan dalam peningkatan pariwisata. Samosir punya Danau Toba. Saat ini sudah masuk dalam superprioritas pemerintah pusat. Artinya, kata Vandiko, pusat sudah siap membangun Danau Toba, termasuk infrastruktur dan promosi yang dibutuhkan.
Tetapi saat ini, Samosir tidak mampu memanfaatkan peluang yang diberikan pusat itu.
Sinergi itu bukan berarti hanya menunggu tetapi juga harus berperan aktif. Misalnya, memberikan masukan dan konsep yang menarik untuk membangun Danau Toba. Yang tak kalah pentingnya, kata Vandiko, bagaimana pariwisata Danau Toba benar benar menjadi “milik” warga Samosir. Jumlah wisatawan banyak yang berkunjung ke Toba wilayah Samosir dan warga mendapatkan manfaat ekonomi dari sana.
“Saya tawarkan ini direvitalisasi. Agar go international. Tentu pelaku wisata di sini kita bina, kita latih. Agar bisa menarik wisatawan dengan baik” ujarnya.
Sementara itu, APBD digunakan untuk penguatan ekonomi. Misalnya, program pupuk dan bibit gratis buat petani. Dibuatkan juga pasar untuk produk-produk yang dihasilkan petani dan nelayan. Juga produk ekonomi kreatif. Pasar itu, kata dia, disesuaikan dengan perkembangan zaman. Freddy Hutasoit
Discussion about this post