IGNews | Siantar – Berbicara tentang toleransi, hal yang paling dasar adalah terbangun atau terciptanya sebuah dialog atau komunikasi di antara kelompok yang berbeda dalam suatu wilayah.
Ada suatu yang berbeda dengan bulan ini, bulan kali ini kita dapat merasakan suasana paskah dan bulan ramadhan di bulan yang sama. Paskah merupakan salah satu hari besar bagi umat katolik ataupun kristen, sedangkan bulan ramadhan juga merupakan suatu hari besar bagi umat muslim.
Menjadikan suatu momen yang jarang bisa kita rasakan. Sebagai negara dengan beragam perbedaan, baik agama, ras, budaya, suku, hingga bahasa yang berbeda menjadi suatu hal ikonik tersendiri yang dapat kita manfaatkan untuk membangun rasa kebersamaan di antara kita semua.
Dalam momentum kali ini, dan sebagai organisasi mahasiswa yang berazaskan nilai nilai kekatolikan, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Pematangsiantar Santo Fransiskus dari Assisi mengajak semua stakeholder hingga elemen masyarakat saling bergandengan tangan untuk merawat toleransi di manapun, terkhususnya juga di Kota Pematangsiantar.
Berbicara Kota Pematangsiantar sudah tidak asing lagi bila membicarakan toleransi. Salah satu kota yang cukup sering masuk sebagai kota paling toleran di Indonesia juga acap kali mengalami sedikit dinamika dalam merawat toleransi. Untuk itu dibutuhkan kolaborasi antar golongan.
Presidium Hubungan Masyarakat Katolik (PHMK) PMKRI Cabang Pematangsiantar Santo Fransiskus dari Assisi, Evirelina Sipayung menyampaikan “Sekat sekat antar golongan perlu kita cairkan hingga melebur satu sama lain. Sebagai mahasiswa kita juga harus turut menggalakkan tali persaudaraan sejati dengan toleransi sebagai umat yang majemuk”.
Edis Galingging, selaku Ketua Presidium PMKRI Cabang Pematangsiantar Santo Fransiskus dari Assisi menyampaikan “Dimomentum paskah dan bulan ramadhan kali ini, mari memupuk semangat toleransi beragama di tengah- engah kita. Mari mengedepankan kasih sayang dan tanpa kekerasan sebagaimana cirivciri kemanusiaan untuk mempererat kebersamaan.
“Pematangsiantar, sebagai suatu kota yang cukup toleran. Harus dapat menjadi patron bagaimana cara merawat toleransi dan juga perlu berbenah kembali dikarenakan sedang mengalami penurunan indeks toleransi. Peran kita sebagai mahasiswa juga sangat diperlukan dalam menggandeng semua elemen” tutupnya.
Terakhir, mereka mengutip kalimat Ali Bin Abi Thalib mmereka yang tidak saudaramu dalam iman, adalah saudaru dalam kemanusiaan. Red





Discussion about this post