IGNews | Simalungun – Setelah dilantik menjabat Bupati masa bakti 2021 – 2024 pada tanggal 24 April 2021, RHS tidak memiliki sepak terjang dan kinerja yang mumpuni dan tidak berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat maupun percepatan pembangunan.
Bukan tidak mendasar, kinerja RHS sebagai Bupati Simalungun banyak tidak dirasakan rakyat, bahkan banyak program dan produk ke bijaknya gagal, seperti janji kampanye realisasi Kartu Sikerja, Membuka lapangan pekerjaan, Meningkatkan pertanian merupakan janji kampanye yang disinyalir pembohongan.
Belum lagi program kerja dengan menghadirkan ‘Jeruk Simalungun’ yang saat ini tidak terlihat lagi, selain itu program yang fatal diduga terjadinya korupsi berjamaah tentang pengadaan bibit durian yang dipaksakan Dinas PMPN kepada para Pangulu Nagori yang harus dikatakan dari Dana Desa dengan pantasrisnya bibit durian dipost pada anggaran Hanpang padahal nomenklaturnya tidak tepat, bahkan pada sosialisasi yang dilakukan Dinas PMPN Simalungun melalui Kabid Lamhot Sihaloho jenis bibit durian musang king dengan menggunakan sertifikat dari pulau Jawa padahal diketahui pihak ketiga CV. MP beralamat di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Sisi lain program kerja yang diduga tidak pro rakyat masa kepemimpinan Bupati Simalungun, RHS salah satunya pelaksanaan Pilpanag 2022 yang justeru dilaksanakan Tahun 2023 dengan lagu anggaran Rp. 21 Miliar, dengan anggaran puluhan miliar tersebut diduga banyak penyimpangan karena semua proses pelaksanaan Pilpanag diserahkan kepada pihak ketiga, seperti pengadaan baju seragam Panitia Pilpanag yang anggaranya sangat pantasti, pengadaan blangko kertas suara juga terkesan mark up begitu juga pengadaan teratak karena diketahui ada beberapa Nagori yang hanya mendirikan TPS untuk pemilihan calon di 2 Nagori bahkan tidak mendirikan TPS dengan teratak sehingga banyak penyimpangan anggaran sampai puluhan juta rupiah.
Masih banyak dugaan dugaan lain yang mampu menjerat Bupati, seperti penolakan pengangkatan staf ahli yang non PNS, pergantian Kadis Pendidikan karena adanya tragedi di Hotel Batavia dan surat edaran, dalam hal ini RHS diduga tidak merupakan pemimpin yang smart dalam mengambil keputusan tetapi bertelinga tipis.
Belakangan banyak asumsi liat bahwa selama dua tahun lebih menjabat, Bupati RHS terkesan pimpinan yang hanya bangga berdosa didepan kamera dan menghadiri acara seremonial.
Oleh : Syamp Siadari (Ketum LSM Forum13 Indonesia)





Discussion about this post