Pematangsiantar – Wacana wisata halal yang dilontarkan gubernur Sumatera Utatra, Edy Rahmayadi dalam sebuah pertemuan menimbukan pro-kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat banyak yang menolak akan wacana tersebut terutama masyarakat yang berada di sekitaran Danau Toba.
Alboin Samosir, Ketua Presidum PMKRI Pematangsiantar turut juga menolak wacana tersebut.
“Wacana wisata halal di sekitaran Danau Toba merupakan sebuah wacana yang minim riset, dan tidak paham situasi demografis masyarakat di Sekitaran Danau toba” jelanya.
“Konsep tiga A yakni, Atraksi, Amenitas, dan Aksessibilitas yang ditawarkan Pemerintah Provinsi Sumetera Utara pada dasarnya sudah tepat. Namun, penerapan wisata halal dengan alasan amenitas (kenyamanan) sangat keliru. Penerapan ini justru akan melahirkan dikotomi dikalangan masyarakat” tambahnya.
“Setiap daerah pastinya punya entitasnya masing-masing. Dalam adat istiadat Batak, Babi merupakan hewan yang dianggap sakral dan selalu hadir di setiap pesta adat masyrakat batak. Babi memiliki nilai tersendiri baik nilai filisofis maupun nilai sosial. Warisan kultural ini senantiasa dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat batak. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi harusnya menghormati ini sebagai warisan budaya dan kearifan lokal.” tandasnya.
Alboin juga mengatakan Pemerintah Provinsi harusnya berkaca dari beberapa daerah yang tidak perlu melabeli parawisatanya dengan konsep, “wisata halal” namun terbukti mampu memajukan parawisatanya, karena wisatawan baik lokal maupun mancanegara cenderung hadir berlibur bukan karena halal atau haramnya melainkan nilai estetika yang ditawarkan, kearifan lokal, dan budaya setempat.
Pemerintah provinsi tidak perlu mengurusi hal-hal yang sebenarnya tidak berpengaruh untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Apabila pemerintah ingin fokus memajukan parawisata Danau Toba, harus ada sebuah konsep yang mampu memadukan keindahan alam danau toba dengan atraksi budaya lokal dan peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
“Sudahlah, berhenti melahirkan kebijakan yang tidak tepat sasaran, Edy Rahmayadi yang memasukan Danau Toba menjadi salah satu icon utama sudah tepat. Oleh karena itu, mari fokus kembangkan sumber daya manusianya berbasis kekayaan budaya sembari fokus membenahi tata ruang Danau Toba untuk jauh lebih baik lagi” ungkapnya.
Dan yang terakhir, Edy Rahmayadi selaku Gubernur Sumatera Utara harus berani mengambil langkah tegas untuk terlibat aktif dalam pembersihan Danau Toba dari perusahaan-perusahaan yang senyata-nyatanya telah merusak lingkungan dan sistem ekologi di Danau Toba. Red01





Discussion about this post