IGNews | Taput – Kepala Kejaksaan Negeri Tapanuli Utara, Much Suroyo didampingi Kepala Seksi Pidana Khusus Juleser Simaremare dan Kepala Seksi Intelijen Mangasi Simanjuntak dalam Konfrensi Pers baru baru ini mengungkapkan, pihaknya meningkatkan status penyelidikan ke tingkat penyidikan dugaan korupsi pengadaan “internet sevice provider” atau penyelenggara jasa internet berbiaya Rp. 2.9 Miliar ditahun 2019.
“Kita mengambil kesimpulan untuk ditingkatkan ke penyidikan demi mencari fakta-fakta dan mengungkap pelaku atau tersangka yang kemudian akan dinaikkan ke tingkat penuntutan” terang Much Suroyo dalam keterangan resminya.
Dikatakan, pada 2019 terdapat alokasi anggaran pengadaan “internet service provider” senilai Rp. 2.904.500.000 yang dikerjakan PT Icon+ dan PT. Telemedia Network Cakrawala.
“Pelaksanaannya yang dilakukan dengan metode ‘epurchasing’ ditengarai menimbulkan kerugian negara. Kalau gambaran kerugian negara sekitar Rp. 600.000.000 lebih” jelasnya.
Kasi Pidsus Juleser, lebih teknis menguraikan bahwa pada tahap penyelidikan pihaknya menemukan sejumlah kejanggalan dalam pelaksanaan pengadaan.
Dimana, dalam jangka waktu bulan April – Desember 2019, realisasi yang terbayar adalah Rp. 2.615.985.722, dengan 63 titik terpasang sesuai dengan Surat perintah kerja (SPK).
Sementara, sesuai dengan surat pesanan Dinas Kominfo dan pihak penyedia jasa ISP, pekerjaan dilaksanakan sejak 1 April – 31 Desember 2019.
“Akan tetapi sesuai bukti yang telah dikumpulkan melalui permintaan keterangan, ‘invoice’ dan dokumen lainnya, menunjukkan bahwa kegiatan pengadaan ISP telah dilaksanakan sejak 2018 dan dibuat seolah dilaksanakan pada 2019, sehingga bertentangan dengan pasal 25 Perpres nomor 16/2018 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah serta peraturan Kepala LKPP nomor 9/2018 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui penyedia” jelasnya.
Selain itu menurut Berita Acara Aktivasi yang dibuat serta berita acara pemeriksaan hasil pekerjaan yang ditanda tangani penyedia dari PT. Icon dan panitia penerima hasil pekerjaan, semuanya dilaksanakan dalam satu hari, yakni pada 15 April 2019, sedangkan lokasi pemasangannya berbeda beda dengan jarak yang jauh.
“Dokumen SPK dan kontrak yang dipegang oleh PT Icon dengan Dinas Kominfo berbeda beda, sehingga diperkirakan , dokumen dan kontrak hanya formalitas semata” sebut Juleser.
Menurut Juleser, PT. TNC belum menyajikan laporan perubahan pengembangan wilayah layanan dan persetujuan dari Dirjen penyelenggaraan pos dan informatika Kemenkominfo nomor 368 tahun 2013, dan tidak menyebutkan bahwa Kabupaten Taput menjadi salah satu wilayah pengembangan.
“Sejauh ini sudah lebih dari 5 orang saksi yang telah dimintai keterangan. Dan ternyata perbuatan ini sudah terjadi sejak 2018 sampai 2021. Makanya kita kembangkan ke penyidikan umum” ujar Juleser.
Terpisah Ir. I. Djonggi Napitupulu selaku Direktur Eksekutif IP2 Baja Nusantara mengatakan ”Kuat dugaan bahwa pengadaan Internet Service Provider tidak memiliki jejak digital pada LPSE, sehingga dokumen SPK dan Kontrak yang dipegang pihak perusahaan yang mengerjakan dengan Dinas Kominfo dapat berbeda, atau dapat dan patut kita duga bahwa pihak perusahaan yang mengerjakan telah memiliki kesepakatan dengan Pokja pengadaan, sehingga patut kita pertanyakan jejak digital LPSEnya”.
Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa, Laumor Situmorang saat ditanya melalui konfirmasi WhatsAppnya terkait, apakah pengadaan Internet Service Provider masuk pada jejak digital LPSE mengatakan “Itu langsung Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)”. Freddy Hutasoit





Discussion about this post