iGNews | Moskow – Front Pembebasan Rusia mengatakan kepada media bahwa mereka akan menyeret Putin dari Kremlin dengan ujung bayonet mereka dan menyulutnya ke dalam api revolusi.
Barisan pemberontakan ini merupakan salah satu dari tiga milisi bersenjata yang terdiri dari para sukarelawan Rusia yang bertempur di Ukraina melawan tentara Putin.
Bersama dengan sesama pemberontak di Russia Volunteer Corp (RVC) dan Batalion Siberia, mereka telah melakukan sejumlah serangan yang berani di wilayah perbatasan Kursk dan Belgorod, Rusia.
Yang terbaru dilakukan pada 12 Maret lalu, dan bertepatan dengan pemilihan Presiden Rusia tiga hari kemudian. Meski Putin telah memperketat cengkeramannya pada kekuasaan, para pemberontak bersikeras bahwa rezim mereka akan hancur dan akan digulingkan dengan kejam lebih cepat daripada yang diperkirakan.
Para pemberontak ini menganggap diri mereka sebagai percikan api untuk menyulut revolusi yang akan membebaskan Rusia dari tirani yang kejam.
Alexey Baranovksy, seorang operator drone dari barisan ini mengatakan kepada media “Putin membuat warga Rusia tidak punya pilihan, selain membawanya keluar dari Kremlin dengan ujung bayonet. Nah, mari kita bergerak di sepanjang jalan ini”.
“Bagaimana cara untuk memulai sebuah revolusi? Hal yang paling utama adalah dengan memulai. Ada banyak orang yang tidak puas di Rusia, rezim ini sebagian besar didukung oleh tongkat polisi dan penindasan dari dinas rahasia” ucapnya.
“Hanya pemberontak bersenjata seperti kami yang bisa melawan mereka, Kami adalah percikan api yang akan menyalakan api pemberontakan” tambahnya.
“Anggap saja kunjungan kami secara rutin ke daerah perbatasan Rusia adalah untuk mengobarkan api. Dan suatu hari nanti, api ini akan berkobar dengan kekuatan penuh dan berubah menjadi kebakaran hutan besar yang akan membakar Putin” jelasnya.
Relawan berusia 42 tahun itu mengatakan bahwa serangan pemberontak telah menimbulkan kepanikan di Kremlin, yang dibuktikan dengan reaksi Putin yang tak terduga terhadap serangan pada bulan Maret lalu.
Bos Kremlin mengomentari penggerebekan itu dua kali, setelah sebelumnya mengabaikan aktivitas pemberontak, sementara ada juga keributan hebat di media pemerintah.
Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa para pemberontak telah menyerang titik lemah rezim Putin, menurut pejuang Legiun. Alexey yang memiliki nama panggilan Lutik menegaskan bahwa serangan pada Maret lalu telah menyebabkan kerugian besar pada sekutu Putin.
“Puluhan kendaraan lapis baja dihancurkan dan dilumpuhkan, ratusan tentara Putin terbunuh serta terluka. Sayangnya, kami juga menderita kerugian, tapi ini adalah perang” katanya.
Dia menambahkan “Ini adalah serangan terbesar pasukan pembebasan Rusia sejak awal perang besar pada 2022, ketiga unit sukarelawan Rusia ikut serta di dalamnya”.
“Akan ada lebih banyak lagi di waktu mendatang dan kami akan bisa menyelesaikan masalah militer dan politik yang lebih beragam” tambahnya.
Banyak analis politik Rusia mempertanyakan apakah oposisi anti Putin benar benar dapat menggulingkan tiran haus darah ini mengingat perselisihan internal mereka sendiri dan kurangnya ikatan kesatuan.
Mengingat fakta bahwa Putin tampaknya telah mengkonsolidasikan kekuatan politiknya dan tampaknya akan beringsut menuju kemenangan secara militer di Ukraina, beberapa ahli berpendapat bahwa oposisi Rusia dengan segera menjadi tidak lagi relevan. IGN_Stg
Berita ini juga sudah terbit di media Express dengan judul “Russian Rebels Vow to Burn Putin in The Flames of Revolution as Panic Grips Kremlin”




