Jakarta (Indigonews) – Kementerian Pertanian (Kementan) merilis 4 tahun capaian kinerja pemerintahan Jokowi – Yusuf Kalla dalam bidang pertanian.
Dalam konfrensi pers, Sekjen Kementan, Syukur Irwantoro menyampaikan ada peningkatan yang signifikan jika dilihat dari nilai produk domestik (PDB) sektor pertanian.
“Pada 2013 nilai PDB pertanian sebesar Rp 994,8 triliun. Terjadi peningkatan pada tahun 2017 menjadi Rp1334,7 triliun. Kenaikan akumulasi PDB mencapai Rp 906,1 triliun,” kata Syukur Irwanto dalam konfrensi pers yang digelar di gedung Kementan, Rabu (24/10).
Syukur juga menyampaikan bahwa peningkatan capaian kerja pemerintah disektor pertanian ini merupakan prestasi pemerintah saat ini. Dimana pada 2017 ekspor pertanian telah tembus mencapai Rp 441 triliun, naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 385 triliun.
“Nilai ekspor pertanian dari tahun 2013-2018 ada kenaikan pertumbuhan ekspor pada sektor pertanian holtikutura. Sektor pertanian ikut berkonstribusi sehingga harga pangan terkendali. Inflansi bahan pangan tahun 2017 sebesar 1,26 lebih rendah dari tahun sebelumnya,” paparnya.
Lebih lanjut ia juga mengungkapkan, Berdasarkan data The Economist Intelligence Unit, peringkat GFSI secara keseluruhan, pada tahun 2018, Indonesia menduduki peringat ke-65 dari 113 negara.
Saat disinggung soal adanya perbedaan data produksi beras antara Badan Pusat Statistik (BPS) dengan klaim capaian Kementan saat ini, Pengamat Ekonomi Politik Pertanian sekaligus Dosen Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi menilai, bahwa data yang dipakai oleh BPS masih mengandalkan metode Kerangka Sampling Area (KSA).
Perbedaan data juga terjadi pada produksi beras. Data BPS menyebut produksi gabah kering giling pada 2018 sebesar 56,54 juta ton atau setara 32,42 juta ton beras, sementara proyeksi Kementan 83,3 juta ha atau setara 48 juta ton.
Dengan demikian meski berbeda, tetapi diperoleh hasil yang sama bahwa Indonesia mengalami surplus beras 29,50 juta ton selama 2018.
“Data Kementan tentang beras bersumber BPS dengan metode eyes estimate, sedangkan data terbaru yang dirilis juga dari BPS dengan Metode KSA. Dari dulu, Kementan tidak mengolah data pangan. Semua rilis data Kementan berasal dari BPS. Namun saat ini sudah kita seragamkan,” kata Gandhi. Ibnu




Discussion about this post