Tasikmalaya | Indigonews – Apes dirasakan Nenek Ihah Solihah (70) rumah tua yang ditempatinya selama ini ambruk rata dengan tanah tepatnya di daerah Kampung Gunung Guntur, Desa Padasuka, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (21/4/2019).
Hingga kini, bantuan baik dari pemerintah maupun pihak lain belum diterimanya. Ihah menuturkan, kondisi rumahnya yang dibangun sekira 10 tahun lalu tersebut memang sudah tak layak huni.
Rumah berdinding bilik tersebut oyong karena kayu-kayu penyangganya telah rapuh. Keadaan tersebut membuat tetangganya prihatin. Apalagi, ia hidup sendirian tanpa keluarga.
“Pada nyaram (tetangga melarang tinggal di rumah),” ujar Ihah saat ditemui di Kampung Gunung Guntur, Selasa (23/4/2019).
Ia akhirnya hanya menempati rumah tersebut saat siang hari. Malamnya, Ihah menumpang tidur di rumah tetangganya. Kekhawatiran warga akhirnya terbukti saat rumahnya ambruk tiga hari lalu.
Ihah tak langsung mengetahui kejadian tersebut. Para tetangganya yang mengetahui kondisi kesehatan sang nenek yang mengidap epilepsi memilih tak segera memberitahu. Hal itu dilakukan guna memberikan kesempatannya beristirahat lantaran kejadian berlangsung dini hari.
Saat bangun salat subuh, barulah Ihah mendapat pemberitahuan bahwa rumahnya ambruk. Ia mengatakan, keadaan rumahnya yang berukuran 3 x 7 meter tersebut sudah tak bisa didiami.
“Ku rinyuh janten doyong ka wetan (kayu penyangga rumah dimakan rayap sehingga miring ke arah timur),” ucapnya.
Kendati selamat, sejumlah barang berharga janda yang tak memiliki anak itu tertimpa material bangunan.
“Sebagian anggoan sareng alat dapur (sebagian pakaian dan alat dapur tertimbun),” ujar Ihah.
Menurut dia, Pemerintah Desa Padasuka telah mengetahui kondisi rumahnya.
“Tos sabaraha kali motoan (sudah beberapa kali rumah difoto),” ucapnya.
Dokumen identitas jadi alasan
Bantuan perbaikan rumah tak kunjung turun. Alasannya, Ihah tak memiliki KTP dan kartu keluarga. Hal tersebut menuai kegeraman sejumlah warga Gunung Guntur.
Nenek itu juga sempat dimintai uang untuk pembuatan kartu identitas kependudukan. Sementara Ihah merupakan warga tak mampu yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun ditanggung para tetangga.
“Apalagi kondisinya sakit,” ucap Kusoy (42), warga Gunung Guntur.Dengan keadaan sakit-sakitan tanpa keluarga, Ihah kesulitan mengurus dokumen kependudukan tersebut.
Dalih tak memiliki KTP membuat rumah Ihah tak tersentuh bantuan perbaikan pemerintah. Kusoy mendesak pemerintah segera turun tangan membantu Ihah. Hal senada dikemukakan warga lainnya, Rahmat Hidayat (29).
“Untuk kebutuhan sehari-hari, minimalnya dibantu,” ujarnya.
Demikian pula dengan rumah Ihah yang ambruk. Rahmat mendesak pemerintah segera membantu membangun kembali kediamannya yang laik. Hingga kini, bantuan justru banyak datang dari warga.
“Masih di tatanggi sagala rupina (bantuan segala rupanya masih dari tetangga),” kata Rahmat.
Sumbangan pribadi baru berasal dari Kepala Desa di tempat tinggal Ihah senilai Rp 1 juta dan bantuan BPD Padasuka Rp 200.000.
Kepala desa juga baru mengunjungi lokasi tersebut . Hingga tiga hari selepas peristiwa, perbaikan rumah belum dilakukan. Material bangunan belum dibersihkan, menumpuk, dan menutupi pondasi yang tersisa. Bukan yang pertama ambruknya bangunan karena tak tersentuh perbaikan bukanlah kejadian pertama di Kabupaten Tasikmalaya.
Bangunan Sekolah Dasar Negeri Cilumba 1 Kampung Gununggoong, Desa Gunungsari, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya runtuh, Selasa 16 April 2019 pukul 7.00 WIB.
Kondisi bangunan yang tak kunjung direnovasi diduga menjadi penyebabnya. Bangunan tersebut merupakan ruang siswa kelas 1 yang telah dikosongkan. Pengosongan dilakukan karena keadaan bangunan yang sudah tak laik. LSiadari




Discussion about this post